Alamat

Jl. Raya Panglegur KM.4 Pamekasan

Telp./WA

+62 87830141747

Email

prodiiqt@iainmadura.ac.id

QATĀDAH IBN DIʻĀMAH AS-SADŪSĬ: MUFASIR PENYANDANG TUNANETRA DARI MASA KLASIK

  • Diposting Oleh Admin Web IQT
  • Selasa, 27 Agustus 2024
  • Dilihat 159 Kali
Bagikan ke

Oleh: Muhimmatus Sa'adah*

Biografi Qatādah Ibn Diʻāmah As-Sadūsĭ

Qatādah Ibn Diʻāmah As-SadÅ«sÄ­, namanya lebih prominen di kalangan ulama hadis. Meski begitu, tidak lantas menafikan eksistensi dan kontribusinya dalam bidang tafsir Al-Qur’an. Ia lahir pada tahun 61 H dalam keadaan buta dari sepasang suami istri bersuku Badui di Irak. Sebagai seorang yang ditakdirkan menyandang tunanetra sejak lahir, tidak lantas menumbuhkan sikap pesimis bagi Qatādah dalam mengembara untuk menuntut ilmu di kota Basrah, Kufah, dan Madinah. Ia adalah seorang tabiin yang memiliki nama lengkap Qatādah Ibn Di‘āmah as-SadÅ«sÄ­ bin Qatādah bin ‘AzÄ­z bin ‘Amr bin RabÄ­‘a bin ‘Amr bin al-Hāriṡ bin Syaibān bin Ẓahl bin á¹ a‘labah bin ‘Akābah bin Sa‘ab bin ‘AlÄ­ bin Bakr bin Wāil as-SudÅ«sÄ­ al-Baá¹£ri AbÅ« al-Khaṭṭāb (Al-Imām Qatādah bin Di‘āmah as-SadÅ«sÄ­, 19).

Qatādah dikenal sebagai orang yang memiliki pengetahuan luas dan kuat dalam hafalan. Dengan kemampuannya tersebut tidak heran jika ia memperoleh rating tinggi dari ulama kritikus hadis dengan gelar ḥujjah. Sa‘Ä­d al-Musayyib salah satu guru Qatādah mengatakan “Tidak ada orang Irak yang datang kepadaku lebih baik dari Qatādah”. Dalam suatu riwayat disebutkan bahwa ada seorang ulama yang memuji Qatādah dan mengatakan “Jarang ditemukan orang yang melebihi kemampuan Qatādah, kalau sepadan mungkin saja”. Qatādah tidak pernah puas dengan keluasan ilmu yang dimilikinya, dia terus mendalami ilmu sepanjang hidupnya. Salah satu murid Qatādah mengatakan “Qatādah adalah ‘Abd al-‘Ilm (hamba ilmu)”. Dalam proses belajarnya, Qatādah pernah berguru kepada Ibn Ê»Abbas, seorang sahabat nabi yang ahli dalam bidang tafsir Al-Qur’an. Setelah beberapa tahun belajar tafsir Al-Qur’an di bawah bimbingan Ibn Ê»Abbas, Qatādah akhirnya diakui sebagai ahli tafsir. Kecintaan Qatādah pada Al-Qur’an tidak hanya ditampakkan melalui usahanya dalam belajar tafsir. Diketahui bahwa ia disiplin mengkhatamkan Al-Qur’an selama tujuh hari, sedangkan pada bulan Ramadan selama tiga hari.

 

 

Metode Penafsiran Qatādah Ibn Diʻāmah As-Sadūsĭ

Tidak seperti kitab tafsir JāmiÊ» al-Bayān karya aá¹­-ṬabarÄ­ ataupun tafsir Al-Mishbah karya Quraish Shihab, dua kitab tafsir tersebut langsung ditulis oleh sang mufasir pada masanya. Di era Qatādah hidup penafsiran Al-Qur’an hanya sebatas pada penafsiran secara lisan, belum ada tradisi menulis tafsir. Oleh karena itu, tidak akan kita temukan kitab tafsir Qatādah yang secara langsung ditulis olehnya. Tafsir Al-Qur’an yang dilakukan oleh Qatādah dihimpun oleh Muḥammad Khālid ‘Abdu al-HādÄ­ pada tahun 1414 H. dalam sebuah kitab bertajuk “Al-Imām Qatādah bin Di‘āmah as-SadÅ«sÄ­”. Kitab tersebut berisi tentang perkataan, periwayatan, serta penafsiran Qatādah terhadap Al-Qur’an. Dalam kitab tersebut al-HādÄ­ berhasil menuliskan penafsiran Qatādah dari surah YāsÄ­n hingga surah An-Nās. Semasa Qatādah hidup, penafsiran secara bi ar-ra’yi jarang digunakan. Qatādah sendiri dalam menafsirkan Al-Qur’an menggunakan metode bi al-ma’ṡūr, yakni dengan merujuk pada ayat Al-Qur’an, hadis nabi, ataupun perkataan sahabat. Ketika menafsirkan Al-Qur’an, Qatādah tidak jarang menjelaskan dari aspek kebahasaan, qiraat, nasikh mansukh, sabāb an-nuzÅ«l, dan fikih. Penafsiran Qatādah yang menyentuh pada aspek nasikh mansukh dan sabāb an-nuzÅ«l, oleh al-Kumiy dipandang sebagai cikal bakal atau embrio tafsir tematik yang tengah populer di masa kontemporer ini.

 

Penafsiran Qatādah Ibn Diʻāmah As-Sadūsĭ

            Pada QS. YāsÄ­n (36): 1, Qatādah menafsirkannya dengan mengutip hadis dari Anas ra. yang berbunyi:

عن أنس قال، قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : إن لكل شيء قلباً وقلب القرآن يس ومن قرأ  يس كتب الله له بقراءتها قراءة القرآن عشر مرات

Dari Anas dia berkata, Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya segala sesuatu memiliki hati, dan hati Al-Qur’an adalah (surah) YāsÄ­n. Dan barang saiapa yang membaca YāsÄ­n, maka Allah akan mencatat untuknya berupa sepuluh kali membaca Al-Qur’an.

 

Jumhur ulama berpendapat bahwa surah YāsÄ­n adalah golongan makiah. Qatādah pun berpandangan demikian meskipun menurutnya ayat 47 bukan termasuk ayat makiah. Contoh lain penafsiran Al-Qur’an yang dilakukan oleh Qatādah adalah pada QS. Al-Aḥqāf (46): 9;

 

قُلْ مَا كُنْتُ بِدْعًا مِّنَ الرُّسُلِ وَمَآ اَدْرِيْ مَا يُفْعَلُ بِيْ وَلَا بِكُمْۗ 

Katakanlah (Nabi Muhammad), “Aku bukanlah Rasul yang pertama di antara para rasul dan aku tidak tahu apa yang akan diperbuat (Allah) kepadaku dan kepadamu.”

Ketika Qatādah menafsirkan potongan ayat وَمَآ اَدْرِيْ مَا يُفْعَلُ بِيْ وَلَا بِكُمْ ia menafsirkan dengan mengutip pada QS. Al-Fatḥ (48): 1-2;

اِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُّبِيْنًاۙ ١ لِّيَغْفِرَ لَكَ اللّٰهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْۢبِكَ وَمَا تَاَخَّرَ٢

Sesungguhnya Kami telah menganugerahkan kepadamu kemenangan yang nyata (1) Agar Allah memberikan ampunan kepadamu (Nabi Muhammad) atas dosamu yang lalu dan yang akan datang (2)

 

*Penulis, Muhmmatus Sa'adah, adalah Mahasiswi Prodi IQT semester 7. Saat ini sedang menunggu kelulusan bersamaan dengan terbitnya Artikel Sinta-3 di Jurnal Maghza sebagai tugas akhir pengganti skripsi. Akun media sosial Muhimmatus Sa'adah FB, IG, dan X