Wanita Ideal Perspektif Al-Qur'an: Standar Kesempurnaan yang Memikat
- Diposting Oleh Admin Web IQT
- Jumat, 27 September 2024
- Dilihat 5168 Kali
Oleh: Mas’odi
(NIM. 22384011044, Mahasiswa Prodi IQT Semester 5)
Pamekasan - Mahasiswa Prodi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir (IQT) Fakultas Ushuluddin dan Dakwah, Muhimmatus Sa'adah, utusan Kecamatan Galis, berhasil meraih juara 1 dalam ajang Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) ke-31 tahun 2024 cabang lomba Karya Tulis Ilmiah Al-Qur'an (LKTQ) Putri tingkat Kabupaten Pamekasan. Perolehan ini berhasil diraih oleh Muhimmatus Sa'adah, dengan judul tulisan “QS. Al-'Asr: Seni Manajemen Waktu dan Kontrol Diri terhadap Fenomena Kecanduan Gawai" dengan total nilai 87, unggul tipis atas Juara 2 (Kec. Tlanakan) dengan nilai 86, dan Juara 3 (Kec. Kadur) dengan nilai 74.
Sebagai pedoman dan petunjuk bagi umat Islam, Al-Qur’an bukan hanya memberikan petunjuk dan pedoman bagi laki-laki saja, akan tetapi juga memberikan dan menghargai perempuan sebagaimana laki-laki. Al-Qur’an tidak membedakan derajatnya antara laki-laki dan perempuan kecuali ketakwaannya kepada sang khÄliq. Bahkan Al-Qur’an juga memberikan gambaran kepada perempuan khususnya untuk dijadikan ‘ibrah tentang bagaimana tingkah laku dan sikap kita untuk menjadi perempuan yang ideal. Perdebatan mengenai perempuan kini menjadi topik hangat yang masih sampai detik ini dibicarakan oleh cendikiawan muslim atau pun non muslim terutama yang paling marak adalah yang berkaitan dengan hal-hal kesempurnaan dan kiprahnya dalam segala aspek. Berangkat dari kontroversi dan perdebatan hangat mengenai peran perempuan, ada hal menarik yang perlu kita kaji bersama sebagai seorang intelektual muslim tentang bagaimana Al-Qur’an menggambarkan perempuan yang kÄmilah dalam berbagai aspek kehidupan.
Kesempurnaan Iman dan Akhlak
Hal yang paling urgen dalam sebuah agama adalah keimanan. Dalam Islam, kesempurnaan iman menjadi kewajiban dalam setiap individu muslim baik laki-laki atau pun perempuan. Bahkan perempuan yang ideal dalam Islam pertama kali yang harus melekat pada dirinya adalah kesempurnaan iman dan akhlaknya. Kedua hal tersebut menjadi penopang bagi perempuan untuk bisa menjadi perempuan yang ideal dan salihah. Sejarah telah membuktikan bahwa dalam Al-Qur’an Sayyidah Maryam yang merupakan ibu Nabi Isa a.s. menjadi suri tauladan bagi kita untuk tetap konsisten dalam menjaga ketakwaannya kepada Allah Swt. meskipun cobaan yang datang begitu berat untuk dihadapinya. Akan tetapi dengan mempunyai dasar iman sudah akhlak yang sempurna, Sayyidah Maryam bisa menghadapinya dengan baik.
Sayyidah Maryam digambarkan sebagai sosok perempuan yang kuat, sabar, dan memiliki dedikasi yang luar biasa dalam menjaga kehormatannya. Dalam surah Maryam (19): 16-26 telah dikisahkan bahwa Sayyidah Maryam menjadi wanita yang tunduk secara totalitas kepada kehendak Allah meskipun hal tersebut harus sabar menghadapi tekanan sosial di saat posisinya sebagai seorang perempuan yang tidak mempunyai suami tetapi Allah menganugerahi Sayyidah Maryam untuk mempunyai anak. Hal ini menggambarkan bahwasanya, wanita yang ideal menurut Al-Qur’an adalah wanita yang selalu konsisten berpegang teguh terhadap keimanannya kepada Allah dan rasul-Nya serta menjaga moralitas dirinya sebagai seorang perempuan meskipun dalam kondisi sulit sekalipun.
Kecerdasan dan Kekuatan Mental
Selain yang telah disebutkan di atas, kecerdasan dan kekuatan mental seorang perempuan juga diabadikan dalam kitab suci Al-Qur’an. Hal itu termaktub dalam surah an-Naml, ratu Balqis merupakan salah satu wanita pemimpin kerajaan Saba yang sering dijadikan rujukan sebagai perempuan yang bijaksana, cerdas, dan mampu memimpin kaumnya dengan adil. Kesuksesannya dalam memimpin kaumnya menjadi motivasi besar bagi kaum perempuan zaman sekarang untuk bisa mengambil ‘ibrah dari perbuatan ratu Balqis tersebut.
Ratu Balqis setelah mendapat surat dari raja Sulaiman untuk mengikuti ajaran yang dibawa oleh raja Sulaiman, dia tidak tergesa-gesa dalam untuk menerima atau pun menolak ajakan yang diminta oleh raja Sulaiman, akan tetapi dengan kecerdasannya, dia berpikir dan mencari solusi dengan bijak dan baru mengambil keputusan setelah melakukan pertimbangan yang matang. Gambaran di atas membuktikan bahwa wanita ideal bukan hanya dinilai dari aspek spiritualnya saja, tetapi juga dari aspek kecerdasan, kepemimpinan dan kemampuan berpikir kritis sebelum mengambil keputusan. Sikap ratu Bilqis yang mempunyai kekuatan mental untuk membuat dan mengambil keputusan sebagai seorang pemimpin serta dapat berlaku adil menjadi salah satu aspek penting dari seorang perempuan kÄmilah perspektif Al-Qur’an.
Kelembutan dan Kasih Sayang
Dalam agama Islam memang mengakui akan pentingnya kekuatan mental dan kecerdasan, hal itu tidak berarti seorang perempuan harus mengabaikan sisi kelembutan dan kasih sayangnya. Dalam surah Luqman (31): 14 disebutkan betapa besar pengorbanan seorang ibu yang harus mengandung anaknya selama sembilan bulan dan menyusui selama dua tahun.
وَوَصَّيْنَا الْاÙنْسَانَ بÙوَالÙدَيْهÙÛš Øَمَلَتْه٠اÙمّÙهٗ وَهْنًا عَلٰى وَهْن٠وَّÙÙصَالÙهٗ ÙÙيْ عَامَيْن٠اَن٠اشْكÙرْ Ù„Ùيْ ÙˆÙŽÙ„ÙوَالÙدَيْكَۗ اÙلَيَّ الْمَصÙيْرÙ
Kami mewasiatkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. “Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu.” Hanya kepada-Ku (kamu) kembali.
Ayat di atas menekankan akan pentingnya dan mulianya seorang ibu. Selain itu, ayat ini juga menekankan pentingnya kasih sayang dan kelembutan yang menjadi ciri khas seorang perempuan.
Wanita ideal dalam Al-Qur’an adalah sosok yang penuh kasih sayang, peduli terhadap keluarga, dan berperan sebagai penjaga keharmonisan rumah tangga. Namun, kelembutan ini bukan berarti lemah. Justru, Al-Qur’an menggambarkan bagaimana peran ibu dalam membesarkan anak dengan penuh cinta adalah bentuk kekuatan yang tidak tertandingi.
Kemandirian dan Kesetaraan
Salah satu aspek yang menarik dalam Al-Qur’an adalah pengakuan terhadap kemandirian perempuan. Ayat-ayat mengenai hak perempuan dalam hal warisan, misalnya, menunjukkan bahwa wanita juga memiliki hak ekonomi yang jelas dalam Islam. Dalam Surat an-Nisa (4): 7, Al-Qur’an menjelaskan bahwa perempuan berhak menerima bagian dari harta peninggalan, baik dari orang tua maupun kerabat. Ini menunjukkan bahwa Islam mengakui peran perempuan tidak hanya dalam lingkup domestik, tetapi juga dalam ranah sosial dan ekonomi.
Ù„ÙلرّÙجَال٠نَصÙيْبٌ مّÙمَّا تَرَكَ الْوَالÙدٰن٠وَالْاَقْرَبÙوْنَۖ ÙˆÙŽÙ„ÙلنّÙسَاۤء٠نَصÙيْبٌ مّÙمَّا تَرَكَ الْوَالÙدٰن٠وَالْاَقْرَبÙوْنَ Ù…Ùمَّا قَلَّ Ù…Ùنْه٠اَوْ ÙƒÙŽØ«Ùرَ Û— نَصÙيْبًا مَّÙْرÙوْضًا
Bagi laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan kedua orang tua dan kerabatnya dan bagi perempuan ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan kedua orang tua dan kerabatnya, baik sedikit maupun banyak, menurut bagian yang telah ditetapkan.
Kesetaraan ini tercermin dalam bagaimana Al-Qur’an memberikan perempuan hak untuk berperan aktif dalam kehidupan sosial, baik melalui kepemilikan harta maupun partisipasi dalam mengambil keputusan terpenting dalam keluarga.
Kesederhanaan dalam Penampilan
Penting bagi perempuan untuk berpenampilan secara sederhana. Dalam Al-Qur’an telah disebutkan dalam surah an-NÅ«r (24): 31. Tentang pentingnya berpakaian sopan dan menjaga aurat sebagai bentuk taat kepada Allah Swt.
ÙˆÙŽÙ‚Ùلْ لّÙلْمÙؤْمÙنٰت٠يَغْضÙضْنَ Ù…Ùنْ اَبْصَارÙÙ‡Ùنَّ ÙˆÙŽÙŠÙŽØÙ’Ùَظْنَ ÙÙرÙوْجَهÙنَّ وَلَا ÙŠÙبْدÙيْنَ زÙيْنَتَهÙنَّ اÙلَّا مَا ظَهَرَ Ù…Ùنْهَا وَلْيَضْرÙبْنَ بÙØ®ÙÙ…ÙرÙÙ‡Ùنَّ عَلٰى جÙÙŠÙوْبÙÙ‡Ùنَّۖ وَلَا ÙŠÙبْدÙيْنَ زÙيْنَتَهÙنَّ اÙلَّا Ù„ÙبÙعÙوْلَتÙÙ‡Ùنَّ اَوْ اٰبَاۤىٕÙÙ‡Ùنَّ اَوْ اٰبَاۤء٠بÙعÙوْلَتÙÙ‡Ùنَّ اَوْ اَبْنَاۤىٕÙÙ‡Ùنَّ اَوْ اَبْنَاۤء٠بÙعÙوْلَتÙÙ‡Ùنَّ اَوْ اÙخْوَانÙÙ‡Ùنَّ اَوْ بَنÙيْٓ اÙخْوَانÙÙ‡Ùنَّ اَوْ بَنÙيْٓ اَخَوٰتÙÙ‡Ùنَّ اَوْ Ù†ÙسَاۤىٕÙÙ‡Ùنَّ اَوْ مَا مَلَكَتْ اَيْمَانÙÙ‡Ùنَّ اَو٠التّٰبÙعÙيْنَ غَيْر٠اÙولÙÙ‰ الْاÙرْبَة٠مÙÙ†ÙŽ الرّÙجَال٠اَو٠الطّÙÙْل٠الَّذÙيْنَ لَمْ يَظْهَرÙوْا عَلٰى عَوْرٰت٠النّÙسَاۤء٠ۖوَلَا يَضْرÙبْنَ بÙاَرْجÙÙ„ÙÙ‡Ùنَّ Ù„ÙÙŠÙعْلَمَ مَا ÙŠÙخْÙÙيْنَ Ù…Ùنْ زÙيْنَتÙÙ‡Ùنَّۗ وَتÙوْبÙوْٓا اÙÙ„ÙŽÙ‰ اللّٰه٠جَمÙيْعًا اَيّÙÙ‡ÙŽ الْمÙؤْمÙÙ†Ùوْنَ لَعَلَّكÙمْ تÙÙْلÙØÙوْنَ
Katakanlah kepada para perempuan yang beriman hendaklah mereka menjaga pandangannya, memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (bagian tubuhnya), kecuali yang (biasa) terlihat. Hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya. Hendaklah pula mereka tidak menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali kepada suami mereka, ayah mereka, ayah suami mereka, putra-putra mereka, putra-putra suami mereka, saudara-saudara laki-laki mereka, putra-putra saudara laki-laki mereka, putra-putra saudara perempuan mereka, para perempuan (sesama muslim), hamba sahaya yang mereka miliki, para pelayan laki-laki (tua) yang tidak mempunyai keinginan (terhadap perempuan), atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat perempuan. Hendaklah pula mereka tidak mengentakkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Bertobatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung.
Ayat di atas menegaskan kepada kita bahwa wanita yang ideal perspektif Islam adalah mereka yang tidak berlebihan dalam penampilan. Meskipun demikian, mereka tetap menjaga kehormatannya dan kesuciannya dengan pakaian yang sesuai dengan syariat. Kesederhanaan yang dimaksud dalam konteks ini bukan hanya dalam berpakaian, tetapi juga dengan sikap dan tindakannya.
Al-Qur'an menganjurkan perempuan untuk bersikap sederhana, tidak pamer, dan menjaga martabat diri dalam setiap situasi. Ini menunjukkan bahwa kesempurnaan dalam Islam bukanlah tentang penampilan fisik semata, tetapi lebih kepada bagaimana seorang wanita membawa dirinya dengan penuh kehormatan dan kesadaran akan perannya di dunia.
Kesimpulan
Perempuan ideal menurut Al-Qur'an adalah perpaduan antara iman yang kuat, kecerdasan, kekuatan mental, kelembutan hati, kemandirian, dan kesederhanaan dalam penampilan. Al-Qur'an memberikan gambaran yang seimbang antara spiritualitas, intelektualitas, dan peran sosial yang harus implementasikan oleh seorang perempuan. Standar kesempurnaan ini mungkin tampak berat, tetapi dalam ajaran Islam, kesempurnaan ini adalah jalan menuju kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dalam era modern, standar ini masih relevan, memberikan inspirasi bagi perempuan Muslim untuk tetap mempertahankan keseimbangan antara spiritualitas dan peran mereka dalam masyarakat tanpa mengorbankan salah satu sisinya.